Friday 30 November 2012

Kisah Ali Bin Abi Thalib


Ali Bin Abi Thalib

Nama beliau adalah Ali bin Abi Thalib. Karena kedermawanan dan sifat pemurahnya, beliau dipanggil dengan gelar "Abu Turab:, yang berarti "Pak Tanah", sebagaimana sifat tanah yang pemurah terhadap mahluk-mahluk Allah. Beliau senang jika orang memanggil dengan gelar ini. Hali ini seperti Rasulullah SAW yang suka memanggila para sahabatnya dengan panggilan yang menyenangkan, seperti; Abdulah bin Ustman bin Abi quhafah digelari denagn Abu Bakar; (ornag yang mendahului dalam kebenaran ) karena beliau orang yang pertama kali membenarkan Isra Mi;raj Nabi SAW, Abdhu Syams digelari dengan Abu Hurairah (orang yang senang memelihara Kucing), karena memang beliau senang memelihara kucing, dll.

Ali bin Abi Thalib lahir di Makkah, tiga puluh dua tahun setelah lahirnya Nabi Muhammad SAW. suku beliau adalah Bani Hasyim. beliau adalah saudara sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW. Fatimah Az-Zahra, isteri Ali bin Thalib, adalah anak kandung Rasulullah SAW.

Ali bin Thalib masuk Islam pada masa masih anak-anak. beliau orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. Beliau tidak pernah bersujud kepada berhala Sejak kecilnya beliau banyak bergaul dengan Nabi SAW kaum muslimin mendoakan beliau dengan karramallahu wajhan yang berarti semoga Allah memuliakan wajahnya, berbeda dengan doa mereka untuk sahabat Rasulullah SAW yang lainya dengan radhiyallahu anhu. Ali bin Abi Thalib adalah :
  1. Seorang yang 'Alim (luas pengetahuanya), sebagaimana Rasullulah SAW bersabda: "Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya."
  2. Ahli Hukum
  3. Ahli Pidato
  4. Seorang yang fasih dan lancar pembicaraanya
  5. Seorang yang gagah berani
  6. Seorang yang Pemurah, rendah hati, jujur dan qana'ah
Meskipun Usianya masih muda, beliau di utus oleh Nabi ke negeri Yaman. Kemudian pernah pula Ali diberi tanggung jawab oleh Nabi SAW untuk menjabat sebagai Walikota Madinah, yaitu ketika Nabi SAW pergi ke perang Tabuk.


Kekhalifahan dan Wafatnya

Semenjak terbunuhnya khalifah ketiga, Ustman bin Affan, mulailah timbul diantara kaum Muslimin rasa kesukuan mereka sehingga persatuan kaum Muslimin mulai pudar.
Kota Madinah sebagai pusat Pemerintahan Islam menjadi kurang aman, karena masih dikuasi oleh kaum pemberontak yang membunuh Ustman bin Affan. Maka para sahabat bermusyawarah untuk mengangkat dan menentukan khalifah setelah Ustman. Akhirnya para sahabat sepakat mengangakat Ali bin Thalib, walaupun Ali sendiri keberatan untuk menerima kekhalifahan ini. Peristiwa ini terjadi pada tahun 35H.

Pengangakatan Ali bin Thalib menjadi khalifah ini menimbulkan reaksi keras dari gubernur-gubernur daerah yang tidak menerima kekhalifahan Ali dan berambisi untuk menjadi khalifah (Pimpinan kaum Muslimin). mereka menuduh Ali sebagai dalang pembunuhan atas Ustman bin Affan. Gubernur yang menentang itu adalah Mu;awiyah, dari Syam, Amr bin Ash dari Mesir, Thalhah dan Zubair bin Awwam dari Mekah dan beberapa daerah lain, seperti Syiria, Damaksus dll. mereka bersatu untuk menentang Ali bin Thalib, sehingga pemimpin di Madinah sibuk memikirkan untuk memadamkan pemberontak ini.

Pada tahap pertama, Ali bin Thalib mengambil langkah jalan damai. namun jalan damai tidak membawa hasil, maka Ali bin Thalib mengambil lngkah dengan melawan para lawan Politiknya, di antaranya yang dipimpin oleh Siti A;isyah (istri Rasulullah SAW) Karena hasutan dari Thalhah dan Zubair bin awwam. Peperangan ini dinamakan Perang Jamal (perang onta) karena Siti 'Aisyah mengendarai onta pada yahun 36 H. Peperangan ini dimenangkan oleh pihak Ali, dan 'Aisyah dipulangkan dengan hormat ke Makkah.
Setelah pemberontak ini dapat dipadamkan, Ali bin Thalib memerangi Mu'awiyah (di syam) yang dapat menghimpun daerah yang sama-sama memberontak, diantaranya Amr bin Ash dari Mesir. Perperangan ini dapat dimenangkan oleh Ali bin Abi Thalib, tetapi karena kelihaian Mu'awiyah dan Amr bin Ash yang ahli Politik, Mu'awiyah mengangkat Al-Qur'an untuk mengajak damai. Ali menyetujui perdamaian ini karena beliau mengharapkan perdamaian dan kedamaian.

Maka terjadilah tahkim (arbitrase). Pihak Mu'awiyah mendelegasikan Amr bin Ash (ahli Politik) sedangkan dari pihak Ali mendelegasikan Abu Musa Al-Asy'ari (seorang yang jujur). Setelah bermusyawarah, mereka sepakat untuk menurunkan kedua pemimpin mereka (Ali dan Muawiyah), lalu dipilih secara aklamasi.

Sebagai orang yang dituakan, Abu Musa Al-Asy'ary dipersilahkan untuk menyatakan penurunan pemimpinnya (ali) dan kursi kekhalifahan. Setelah itu Amr bin Ash maju untuk menyatakan menurunan Muawiyah, akan tetapi dengan lihainya ia menyatakan,"Karena delegasi Ali sudah menyatakan pengunduranannya dan kursi kekhalifahan kosong , maka dengan demikian Muawiyahlah yang patut untuk menduduki kekhalifahan ini." Dengan demikian Pen tahkim an ini dimenangkan oleh pihak Mu'awiyah atas kelihaian Amr bin Ash.

Keputusan yang tidak adil ini, menimbulkan ketidakpuasan di pasukan Ali bin Thalib, maka mereka terpecah menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok yang yang tetap mendukung dan menggagunkan bahkan yang mendewakan Ali dan ada kelompok yang menolak Kekhalifahan. kelompok yang kedua ini memisahkan diri dari kedua pihak yang bertikai, dan selanjutnya mereka dinamakan Khawarij. (tiga tokoh dari kelompok), sepakat untuk membunuh tiga tokoh dalam pertikaian ini (Mu;awiyah, Amr bin Ash dan Ali bin Thalib).

Abdurahman bin Muljam ditugasi untuk membunuh Ali bin Thalib, Amr bin Abi Bakar ditugasi untuk membunuh Muawiyah, dan Amir bin Bakar ditugasi untuk membunuh Amr bin Ash. Mereka gagal membunuh tokoh-tokoh ini, kecuali Abdurahman bin Muljam. ia dapat membunuh Ali ketika Ali berangkat ke Masjid untuk Shalat shubuh. Beliau wafat pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H dalam usia 63 tahun setelah menjabat sebagai khalifah selama 5 tahun.
Demikianlah riwayat singkat hidup Ali bin Abi Thalib.

karramallahu wajhah

No comments:

Post a Comment

Semoga Bermanfaat bagi pembaca sekalia.. .

Lailahaillallah.. Muhammadurrasulullah..

Lailahaillallah.. Muhammadurrasulullah..

SLIDER WIDGET