USMAN BIN AFFAN DAN ALI BIN ABI THALIB
- Perluasan
wlilayah
Setelah
khalifah Umar bin Kahttab berpulang ke rahmatullah terdapat daerah-daerah yang
membelot terhadap pemerintah islam. Pembelotan tersebut di timbulkan oleh
pendukung-pendukung pemerintahan yang lama atau dengan perkataan lain pamong
praja dari pemerintahan lama (pemerintahan sebelum daerah itu masuk ke daerah
kekuasaan islam) ingin hendak mengembalikan kekuasaannya. Sebagaimana yang di
lakukan oleh kaisar Yazdigard yang bersuha menghasut kembali masyarakat persia
agar melakukan perlawanan terhadap penguasa islam. Akan tetapi dengan
kekuatannya, pemerintah islam berhasil memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus
melanjutkan perluasan ke negri-negri persia lainnya, sehingga beberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul, Gasna, Balkh
dan Turkistan jatuh menjadi kekuasaan islam.
Adapun
daerah-daerah lain yang melakukan pembelotan terhadap pemerintahan islam adalah
Khurosan dan Iskandariyah. Khalifah Usman bin affan mengutus Sa’ad bin al-Ash bersama Khuzaifah
ibnu al-Yamaan serta beberapa sahabat Nabi lainnya pergi ke Negri Khurosan dan
sampai di Negri Thabristan dan jadi perperangan hebat, sehingga penduduk
mengaku kalah dan meminta damai. Tahun 30H / 650M pasukan Muslim berhasil
menguasai Khurazan.
Adapun
tentang Iskandariyah, bermula dari kedatangan kaisar Konstan II dari Roma Timur
atau Bizantium yang menyerang iskandariyah dengan mendadak, sehingga pasukan
islam tidak dapat menguasai serangan. Panglima Abdullah Bin Abi Sarroh yang
menjadi wali di daerah tersebut meminta Utsman mengangkat kembali Amru Bin ‘Ash
yang telah di berhentikan untuk menangani masalah di Iskandariyah. Abdullah Bin
Abi Sarroh memandang Amru Bin Ash lebih cakap dalam memimpin perang dan namanya
sangat di segani oleh pihak lawan. Permohonan tersebut di kabulkan, setelah itu terjadilah perpecahan dan
menyebabkan tewasnya panglima di pihak lawan.
Selain
itu, Khalifah Utsman bin Affan juga mengutus Salman Robiah AL-Baini untuk
berdakwah ke Amenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia, bagi yang
menentang dan memerangi terpaksa di
patahkan dan kaum muslimin dapat menguasai Armenia. Perluasan islam memasuki
Tunisia (Afrika Utara) di pimpin oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abi Zarrah.
Tunisia sebelum kedatangan pasukan islam sudah
lama di kuasai Romawi.
Tidak saat itu saja pada saat Syiria bergubernurkan Muawiyah, ia berhasil
menguasai Asia kecil dan Cyprus.
Di
masa pemerintahan Utsman, negri-negri yang telah masuk ke dalam islam antara
lain: Barqoh, Trapoli barat, sebagian selatan negri Nubah, armenia dan beberapa
bagian Thabaristan bahkan tentara islam telah melampaui sungai Jihun (Amu
Daria), negri Balkh (Baktria), Hara, Kabul dan Gzaznah di Turkistan.
Jadi enam tahun pertama pemerintahan Utsman bin Affan di
tandai dengan perluasan islam. Perluasan dan perkembangan islam pada masa
pemerintahannya telah sampai pada seluruh daerah persia, Tebristan, Azerbizan
dan Armenia selanjutnya meluas pada Asia kecil dan Negri Cyprus. Atas
perlindungan pasukan islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia
menyerahkan upeti sebagaimana yang mereka lakukan sebelumnnya padaa masa
kekuasaan Romawi atas wilayah tersebut.
- Pembangunan
Angkatan Laut
Pembangunan angkatan Laut bermula
dari adanya rencana Khalifah Utsman untuk mengirim pasukan ke Afrika Mesir,
Cyprus dan Konstatinopel Cyprus. Untuk sampaike daerah tersebut harus melalui
lautan. Oleh karena itu ata dasar usul gubernur di daerah, Utsman pun
menyutujui pembentukan armada laut yang di lengkapi dengan personil dan saran
yang memadai.
Pada saat itu, Mu’awiyah, Gubernur di Syiria harus
menghadapi serangan-serangan Angkatan Laut Romawi di daerah-daerah pesisir
provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan kepada Khalifah Utsman untuk
membangun Angkatan Laut dan di kabulakan oleh Khalifah. Sejak itu Mu’awiyah
berhasil menyerbu Romawi.
Mengenai pembangunan armada itu sendiri, Mu’awiyah
tidaklah membutuhkan tenaga asing sepenuhnya, karena bangsa Kopti, begitupun
juga penduduk pantai Levant yang berdarah punikia itu, ramai-ramai menyediakan
dirinya untuk membuat dan memperkuat armada tersebut. Itulah pembangunan armada
yang pertama dalam sejarah Dunia Islam.
Selain itu, keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui
Lautan, juga mendesak umat islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat
itu, pasukan di pimpin oleh Abdullah bin Qusay Al-harisy yang di tunjuk sebagai
Amirul Bahr atau Panglima Angkatan Laut. Istilah ini kemudian di ganti menjadi Admiral atau Laksamana. Ketika sampai
di Amuria dan Cyprus pasukan islam
mendapat perlawanan yang sengit, tetapi semuanya dapat di atasi hingga sampai
di kota Konstatinopel dapat di kuasai pula.
Di samping itu, serangan yang di lakukan oleh bangsa
Romawi ke Mesir melalui Laut juga memaksa umat islam agar segera mendirikan
angkatan laut. Bahkan pada tahun 646 M , bangsa Romawi telah menduduki
Alexandria dengan penyerangan dari laut. Penyerangan itu mengakibatkan jatuhnya
Mesir ke tangan kekuasaan bangsa Romawi. Atas perintah Khalifah Utsman, Amr bin
Ash dapat mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan armada laut yang besar
pada tahun 651 M di Mesir (Misbach, 1984 10-11)
Berawal dari sinilah Khalifah Utsman bin Affan perlu di
ingat sebagai Khalifah pertama kali yang mempunyai angkatan laut yang cukup
tangguh dan dapat membahayakan kekuatan lawan.
~ 1. Perang Jamal
Perang
ini pecah akibat ketamakan politik dan kekuasaan. Mu’awiyah telah menipu Zubair
dan Thalhah denagn mengiming-imngi kekhalifa-han dan pembiatan kepada mereka
apabila kekuasaan imam Ali ra. yang dikepalai oleh ketiga orang tersebut di kota Mekkah. Orang-orang yang punya sifat
tamak, congkak, dan pikiran dangkal turut mendukung poros ini. ‘Aisyah segera
menggalang pasukan, sementara Bani Umayyah melengkapi mereka dengan senjata dan
peralaatan perang. Mereka telah mengeluarkan biaya besar dari praktek korupsi mereka atas Baitul Mal Muslimin pada saat
mereka menjadi gubernur di jaman kekhalifan ‘Utsman.
Pasukan
yang dipimpin oleh “Aisyah, Thalhah, dan Zubair itu bergerak menuju ke Bashrah.
Mereka berhasil menguasai kota Bashrah setelah melakukan pertempuran sengit
dengan pasukan kota. Mengetahui serangan paravpembangkang ini, imam Ali ra.
Keluar denagn bala tentaranya untuk menumps mereka. Kedua pasukan tersebut
bertempur dengan sengit. Dalam perang jamal ini, thalhah dan Zubair terbunuh.
Segera komando perang di ambil alih oleh ‘Aisyah. Unta yang ditungganginya
dikelilingi oleh bala tentara yang tak terhitung. Mereka dapat menebas
tangan-tangan dan menghabiskan nyawa-nyawa yang ada di sekelilingnya. Namun
akhirnya unta ‘Aisyah tersungkur jatuh ke atas tanah dan pasukannya kalah.
Misi
perperangan ini pun mengalami kegagalan daan kerusgian yang besar. Perang ini
telah mengakibatkan kerugian yang memalukan di barisan muslimin dan menebarkan
perpecahan serta permusuhan di antara mereka. Sementara itu, rumah-rumah
penduduk Bashrah masih di sesaki duka, kesedihan, dan nestapa.
~ 2. Perang Shifin
Belum sempat istirahat untuk menghilangkan
kepenatan akibat perang jamal, imam Ali ra. telah mendapat ujian berat dari
musuh pemakar yang tidak pernah memiliki satu pun nilai-nilai insani. Dia
menggunakan taktik kemunafikan, tipu daya, dan khianat. Dia mahir dan terbiasa
dengan karakter buruk ini. Itulah Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang
di juluki oleh para pendukungnya dengan sebutan ‘Kisra Arab’. Mereka
menyerahkan kekuasaan Syam kepadanya tanpa peduli pada lembaran-lembaran yang
hitam. Mereka juga tidak mau tahu kalau dia berasal dari pohon terkutuk seperti
di tegaskan oleh Al-Qur’an.
Apakah
mereka tidak pernah mendengar tentang berbagai peperangan kejam yang telah di
sulut oleh Abu Sufyan dan bani Umayyah untuk menentang Nabi saw., padahal
realita itu belum terlalu lama berlalu? Kemaslahatan apa yang diperoleh kaum
Muslimin dengan mengangkat serigala bodoh itu sebagai penguasa Syam yang
merupakan daerah terpenting negri islam? Mengapa mereka tidak menyerahkan
kedudukan yang berharga itu kepada putra-putra Nabi saw.
Ringkasnya,
Mu’awiyah telah mengerahkan pasukannya menuju shiffin untuk memerangi saudara
dan pintu kota Nabi saw. Pasukan Mu’awiyah berhasil menguasai sungai Furat dan
mencegah pasukan Imam Ali ra. dari mengambil air minum. Pasukan Mu’awiyah
menganggap hal ini sebagai sebuah awal kemenangan. Imam Ali ra. mengutus
beberapa orang kepada Mu’awiyah untuk melakukan perdamaian dan menghindari
pertumpahan darah.
~ 3. Perang Nahrawan
Setelah peristiwa tahkim itu, fitnah terjadi di
dalam pasukan Imam Ali ra. sekelompok orang melakukan pembangkangan. Merek
menyatakan diri akan mengangkat senjata dan menilai bahwa Imam Ali ra. telah
fakir, karena ia mau menerima seruan bertahkim. Padahal justru mereka sendiri
yang memaksa Imam Ali ra. untuk menerima tahkim. Slogan yang mereka teriakkan
adalah La hukma illa lillah ( tiada hukum selain hukum
Allah). Tetapi, begitu cepatnya slogan ini berubah menjadi alat
pertumpahan darah dan angkat senjata. Imam Ali ra. menghujat dan menyadarkan
mereka atas kekeliruan mereka itu. Sekelompok dari mereka menerima
pandangannya. Tetapi yang lain tetap bersikeras dalam kesesatan dan kebodohan
mereka lalu menebarkan kerusakan. Mereka banyak membunuh orang-orang yang tidak
berdosa dan menyebarkan rasa takut di tengah-tengah masyarakat islam. Akhirnya,
Imam Ali ra. terpaksa mengadakan perlawanan terhadap mereka. Meletuslah perang
Nahrawan. Dalam peperangan ini, sebagian besar mereka telah tewas.
Perang
ini tidak berakhir sampai di situ. Muncul lagi pembangkangan yang lebih buruk
di dalam tubuh pasukan Imam Ali ra. mereka mengajak untuk memerangi Mu’awiyah
tetapi tidak seorang pun yang mengikuti ajakan mereka itu.
Kekuatan
Mu’awiyah muli bermain di panggung politik sebagai kekuatan besar. Mulailah
mereka menguasai daerah-daerah islam dan memerangi daerah-daerah yang taat
kepada kepemimpinan Imam Ali ra. itu mereka lakukan untuk menunjukkan bahwa
Imam Ali ra. sudah tidak mampu menlindungi mereka. Akhirnya, sinar kewibawaan
Imam Ali ra. mulai pudar dan bencana pun datang silih berganti. Imam Ali
melihat kebejatan Mu’awiyah semakin kokoh dan harapan dan angan-angannya pun
telah sempurna, sedangkan ia tidak memiliki satu kekuatan pun yang mampu
menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan.
~ 4. Tahkim dan perpecahan ummat (syia’h, khawarij, dan pendukung mu’awiyah)
a. Perpecahan di masa Khalifah
Ali bin Abi Thalib
Pada masa baginda Rasulullah SAW. umat
islam merupakan Umatun Wahidah, umat yang selalu teguh terhadap ajaran-ajaran
Rasulullah SAW. pada saat itu umat islam tidak pernah menemukan perbedaan
pendapat yang bisa menyebabkan terjadinya perpecahan, perhimpunan-perhimpunan
yang serta rasa fanatisme yang berlebihan terhadap golongan tertentu dalam hal
aqidah ataupun amaliyah.
Setalah
Baginda Rasulullah SAW. wafat, Sahabat Abu Bakar Ash Shidiq, di bai’at sebagai
penerus perjuangan yang telah tertata rapi, kemudian di lanjutkan Sahabat Umar
bin Khatab. Pada masa itu (masa Abu bakar dan Umar bin Khatab) tidak tampak
wujudnya perbedaan dalam bentuk apapun di antara ummat, kecuali faham-faham
tertentu yang di sebarkan oleh golongan yang tidak diperhitungkan.
perbedaan itu
pun tidak mempunyai makna yang berarti, karena propaganda yang di publikasikan
tidak bersumber dari dalil-dalil yang otentik. Baru pada kepemimpinan masa
sahabat Utsma bin Affan perbedaan yang berkembang makin nampak jelas, sehingga
kenyataan yang terjadi pada masa itu membuat integritas ummat mulai retak,
terlebih masa khalifah berada di pundak sahabat Ali bin Abi Thalib, perpecahan,
perbedaan serta tuntutan yang terjadi di antara ummat sudah sampai pada titik
klimaks, sehingga pada akhirnya lhirlah dua golongan (valium) yang sling
bersebrangan yaitu :
- Valium Khawarij
·
Valium
Syiah
b. Khawarij dan ajaran-ajaran menyimpang
Valium ini adalah valium
yang memisahkan diri dari pemerintahan sahabat Ali bin Abi Thalib. Di sisi lain
valium ini juga menampakkan serta memposisikan diri sebagai penentang
pemerintahan (menyeru untuk memerangi sahabaat Ali binAbi Thalib).
Istilah khawarij sendiri
sebenarnya tidak berhenti sampai disitu , karena pada hakikatnya istilah ini
sah diletakan sebagai predikat tetap bagi setiap valium yang mempunyai
persamaan misi.
C. Permasalahan Masa Ali bin Abi Thalib
Khalifah
Rasyid yang ke-4, Ali bin Abi Thalib ra. Menghadapi masalah-masalah berat
dankondisi dalam negri yang labil. Situasi pada masa kekhalifahan beliau sangat
tidak kondusif, pecah perang di antara kaum muslimin, munculnya kaum Khawarij, sehingga khalifah sibuk
mengurus masalah-masalah dalam negri dan memadamkan api fitnah yang marak pasca
terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan secara zhalim.
Salah
satu kerugian akibat fitnah-fitnah dan ekses negatifnya adalah terhambatnya
gerakan jihad dan perluasan wilayah islam yang merupakan perkara yang sangat
menonjol pad masa kekhalifahan sebelumnya. Buku-buku sejarah tidak mencatat
penaklukan-penaklukan wilayah baru pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
ra. Akan tetapi meskipun menghadapi berbagai masalah dalam negri yang pedih
namun beliau mampu mempertahankan wilayah-wilayah yang sudah ditaklukan.
Para
Amir di wilayah-wilayah taklukan sangat serius menghadapi serangan musuh-musuh
dari luar. Para prajurit yang berjaga-jaga di tapal batas benar-benar
melaksanakan kewajiban mereka dengan baik dalam menjaga dan mengamankan wilayah
islam.
Imam ath-Thabari1118 dan al-Hafizh Ibnu Katsir menyebutkan bahwa
Konstantin bin Heraklius bermaksud menyerang wilayah kaum muslimin dengan
membawa seribu armada artileri pada tahun 35 H. Namun Allah SWT. Mengirim angin
putting beliung yang sangat hebat hingga menenggelamkannya bersama pasukannya.
Tidak ada yang selamat kecuali dia bersama segelintir orang saja dari kaumnya.
Ketika mereka kembali ke Shaqliyah, mereka menyerangnya dan membunuhnya. Mereka
berkata, “Engkau telah membunuh teman-teman kami!” Dengan demikian Allah SWT.
telah menyelamat-kan kaum muslimin dari kejahatannya.
Meskipun Ali bin Abi Thalib ra.
tidak memiliki kesempatan yang banyak untuk memperluas wilayah Islam dari yang
telah ditaklukan seperti yang dilakukan para sahabat sebelum beliau, hanya saja
dengan perlakuan beliau yang adil beliau berjasa dalam menjelaskan
sanksi-sanksi hukum berkaitan terhadap komplotan pembangkang. Berikut
hukum-hukum yang berkaitan dengan peperangan dalam masa-masa fitnah yang
terjadi di antara kaum muslimin. Hal itu termasuk jihad untuk menjaga
stabilitas dalam negeri dan menyatukannya serta menghadapi segala upaya memecah
belah daulah Islam. Beliau menjelaskan semua aspek hukum yang berkaitan dengan
masa-lah tersebut.
Dan beliau juga membedakan antara peperangan fitnah dengan perang
melawan komplotan pemberontak yang keluar dari ketaatan dan dengan perang
melawan kaum Khawarij yang melepaskan diri dari sebagian syariat Islam
karena takwil. Peperangan Jamal pecah tanpa dikehendaki, perang tersebut
termasuk peperangan fitnah. Peperangan Shiffin adalah perang yang dilakukan
untuk menundukkan orang-orang yang keluar dari ketaatan dan menolak berbai’at.
Ali memerangi mereka setelah beliau menganjurkan agar mereka menyerah dan
berbai’at. Beliau memutuskan hal tersebut berdasarkan ijtihad. Sebagian sahabat
seperti Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Umar dan Usamah bin Zaid tidak ikut
serta dalam peperangan mi dan mereka tidak menyetujuinya.
Pendapat mereka ini lebih tepat. Ali sendiri pada akhirnya memuji
mereka dan berandai sekiranya beliau tidak berperang. Adapun perang melawan
kaum Khawarij, Ali bin Abi Thalib ra. Gembira memerangi mereka setelah
mereka berbuat kerusakan dan menyabotase jalan-jalan. Beliau telah menegakkan
hujjah atas mereka. Beliau telah berdebat dengan mereka dan telah mengutus seseorang
untuk mendebat mereka hingga tiada lagi alasan bagi mereka. Perang beliau
melawan kaum Khawarij dilaku-kan atas dasar nash dari Rasulullah saw.
No comments:
Post a Comment
Semoga Bermanfaat bagi pembaca sekalia.. .